Kamis, 15 Desember 2011

Sketsa S. Kerton, Upacara Penyerahan Kekuasaan Militer 27-12-1949.

Pada tanggal 27 Desember 1949, saat itu dilaksanakan penanda tanganan naskah Pengakukan Kedaulatan Negara antara Belanda dengan Indonesia. Di pihak Belanda, diantaranya Perdana Menteri Dr. Willem Drees, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J.A. Sassen, Ketua Delegasi Indonesia Drs. Moh. Hatta, bersama-sama menandatangani naskah tersebut diatas. Dari Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota A.H.J. Lovink bersama-sama menandatangani naskah penyerahan kekuasaan,
Bersamaan dengan Pengakuan Kedaulatan dan Serah Terima Kekuasaan, pada tanggal yang sama di Bandung, walaupun jarang ditulis di buku2 sejarah, ada Upacara Penyerahan Kekuasaan Militer, yang dilakukan oleh dengan Djend. Mayor Englas dengan Kol. Sadikin (maaf kalau keliru karena tulisannya tidak jelas terbaca), untungnya ada seorang seniman, 'Sudjana Kerton', yang mengabadikannya dengan membuat 'sketsa' suasana Upacara tersebut.Menjelang tgl. 27 Desember dimana merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Indonesia, maka berikut ini, rare book menyajikan sketsa Suasana Penyerahan Kekuasaan Militer di Bandung tersebut diatas.
Sketsa disebelah ini menggabarkan suasana Upacara Penyerahan Kekuasaan Militer oleh Belanda ke Indonesia di Bandung pada tanggal 27 Desember 1949.
Sebelah kiri serah terima dari Djend. Mayor Englas ke Kol. Sadikin.
Sebelah kanan, anggota TNI Siliwangi duduk di kursi roda, mungkin kakinya menjadi korban perjuangan melawan penjajah.Kalau kita perhatikan, nampak pihak Indonesia mengenakan peci hitam, sedang pihak Belanda menggunakan topi pet.
Sedang 2 gambar dibawah adalah sketsa tentara Belanda sedang mengikuti upacara serah terima tersebut.

Selasa, 13 Desember 2011

Serat Pustaka Raja Purwa


Dalam Liputan Khusus 'Krakatau' pada Ekspedisi Cincin Api Kompas, terdapat tulisan yang menghubungkan Letusan Gunung Krakatau dengan Kitab Raja Purwa , ditulis oleh R.Ng. Ranggawarsito, yang naskahnya tersimpan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, seperti yang terlihat pada gambar diatas. Dalam naskah disebutkan terjadinya letusan besar disebelah barat Banten pada tahun Saka 338.

Kebetulan 'rare book' mempunyai koleksi buku langka Pustaka Raja Purwa, ditulis dengan berjilid karena panjang. Gambar2nya terlihat berikut ini.








Gambar samping adalah halaman judul buku kuno atau buku antik ini, terbaca : "Serat Pustaka Raja Purwa jilidan 2 anyariosaken kawontenanipun pulo Jawi Sumatra Bali tuwin Madura, wiwit tahun 310 dumugi tahun 466, babon asli saking Raden Ngabehi Ronggawarsita, pujongga Surakarta, 1885".


Gambar samping adalah gambar sebagian halaman 46, dimana kejadian2 tahun 388 (dilingkari dengan pinsil) dimulai. Diantaranya terbaca : Ing salebeting tahun windu randi etanging tahun surya sangkala : 338, tinengeran . . . dst.




Disamping, gambar halaman akhir, bunyinya : Dumugi samanten telasipun cariyos ingkang kawrat ing serat Pustaka Raja Purwa jilidan angka 2, taksih wonten sambetanipun, . . . dst.Sayang sebagian kecil bagian bawah ada yang dimakan rayap.



Dibawah ini, gambar kiri adalah kertas yang digunakan, kalau diterawang terlihat garis halus, sedang sebelah kanan adalah gambar tumpukan buku jilidan Serat Pustaka Raja Purwa.



Koleksi rare book, buku langka yang bisa dikategorikan buku antik berjudul 'Serat Pustaka Raja Purwa' ini sampai jilid IX, berisi : Keadaan Pulau Jawa, Bali dan Madura mulai th. 730 sampai th. 734.Tentu saja buku langka koleksi Perpustakaan Nasional dan buku langka koleksi 'rare book' berbeda penulis maupun tahunnya, namun sama sumbernya yaitu Raden Ngabehi Ranggawarsita, dimana beliau juga menerangkan dihalaman pembukanya, bahwa beliau juga mengambil bahan tulisan dari buku Sri Bathara Aji Jayabaya yang sangat terkenal dengan ramalannya.

i.gr. 30.00*

Senin, 05 Desember 2011

Peta Novio Magum, Batavorum Oppidi, Patribus.

'Rare book' tidak menampilkan buku langka tapi peta kuno, judulnya "NOVIO MAGUM, BATAVORUM OPPIDI, PATRIBUS" seperti yang terlihat pada gambar2 dibawah ini.
Tidak ada tahun pembuatannya, tapi gambar peta 'bird view' dengan tambahan illustrasi begini adalah type peta buatan abad 17 an.


Kalau memperhatikan kertas yang dipakai, diduga umurnya maksimal 150 tahun, jadi ini mungkin adalah duplikat dengan kwalitas yang sangat bagus, menghunakan kertas littho (?) dengan 'water mark' besar disetiap sudutnya.
Memperhatikan bahasanya, ada 2 bahasa, judulnya bahasa Latin, daftar nama jalan dan bangunan bahasa Belanda, diduga peta daerah Belanda.

Gambar2 berikut adalah detail sebagian peta 'bird view'.









Dibawah adalah 2 gambar contoh detail sudut yang ada 'water mark' nya.







Kertas yang digunakan adalah kertas A1, sedang lukisan berukuran 42 x 55 cm, dengan 'embos' terlihat di
pinggiran.
Maaf kalau ada salah/kekeliruan dalam menafsirkan peta ini.



i.gr. 02.50*

Minggu, 04 Desember 2011

Tan Malaka


'TAN MALAKA, Bapak Republik Indonesia', judul buku langka koleksi 'rare book'.
Dalam pemberitaan di 'kabar kampus.com' bahwa buku ini hanya ada 2 buah, 1buah di Cornell University, AS, dan 1 buah lagi milik Daud, kolektor buku langka dan pemilik 'Samudra Buku'. Lha kalau informasi itu benar, berarti buku koleksi 'rare book' ini buku yang ketiga didunia,
wah . . wah.
Bahkan diberitakan oleh Republika 9 Des 2011, pada 'Indonesia Book Fair 2011' oleh Samudra Buku ditawarkan Rp. 150 jt, wah . . wah.
Bukunya sangat sederhana tapi menjadi sangat bernilai karena penulisnya Mr. Muhammad Yamin, seorang Ahli Hukum, giat dalam gerakan nasionalis kemerdekaan, Pahlawan Nasional Indonesia, ex Menteri Kehakiman, Menteri PPdan K, Menteri Penerangan pada masa Presiden Soekarno, dan sastrawan.
Tan Malaka lah yang pertama memperkenalkan Republik Indonesia ke dunia internasional, di Canton pada April 1925 dan di Tokyo pada Desember 1925, dalam tulisan/buku nya "Naar de Republik Indonesia" atau "Menuju Republik Indonesia"


Disebelah ini gambar hal. 1 dan hal. 2. Halaman 1 berisi 'Pengantar', dicetak dibagian dalam dari sampul depan.
Halaman 3 berjudul 'Bapak Repoeblik Indonesia'.



Sebelah gambar halaman 17 & 18 (halaman akhir), dimana halaman 18 dicetak dibagian dalam sampul belakang.
Buku langka ini diterbitkan oleh 'Penerbit Moerba Berdjoeang', pada th. 1946, hanya 18 halaman berukuran 12 x 15 cm, dicetak diatas kertas koran dengan sampul karton manila warna kuning.
Oleh pemilik sebelumnya, buku ini digabung (bundel) dengan Buku tulisan Tan Malaka saat berada di luar negri, berjudul 'Naar De Repoelik Indonesia'
ditulis di Tiongkok pada April 1925 dan buku Amanat Paduka Jang Mulia Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang/Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Bung Karno pada Konggres ke V Partai Murba th. 1960. Pada lain kesempatan, saya berharap buku2 tsb. bisa saya unggah di blog ini, karena bisa dikategorikan buku langka.

Senin, 21 November 2011

Fotografer misterius, J. Demmeni, 'si anak hilang'.

'rare book' tidak menampilkan buku langka, tapi yang ditampilkan adalah fotografer buku2 langka, pria bernama Jean Demmeni yang karya2nya ditampilkan di buku2 yang saat ini sudah langka walaupun namanya tidak disebutkan oleh penerbit maupun yang memajang karya foto2 Demmeni.
Th. 1894, dia ditunjuk sebagai Fotografer Ekspedisi Kalimantan, dipimpin oleh Dr. A.W. Nieuwenhuis, diterbitkan dalam 2 buah judul, masing2 2 jilid, semuanya menggunakan foto2 Demmeni. Bahkan foto2nya digunakan dalam buku pelajaran mengenai Hindia Belanda, digunakan sebagai hiasan/pajangan di sekolah2 dan digereja2 , sering dimuat dalam majalah2 Oud en Niew, Tropisch Nederland dan Cultureel Indie.
Foto2 indah karyanya juga dimuat di buku (pernah dimuat dalam blog ini) 'Nederlandsch-Indie, Land en Volk' (2 volume) dan 'de Volken van Nederlandsch-Indie' (2 volume).

Gambar keluarga Jean Demmeni, Lahir di Padang Panjang, 1866, turunan Perancis dan Indo Madura, menikah dengan wanita Mas Sarinah asal Solo, meninggal di Bogor dimakamkan di Jakarta.
Mungkin karena dia menjadi bagian dari Indonesia, maka namanya jarang (tidak?) ditampilkan oleh pemerintah kolonial saat itu, maka hasil fotonya menjadi 'foto misterius' karena nggak diketahui juru fotonya dan Demmeni menjadi 'fotografer misterius'. Berikut dibawah ini foto2 karya J. Demmeni yang dimuat di buku2 terbitan akhir th. 1800 an sampai awal th 1900 an.























Untunglah, Hauw Ming, Leo Hank dan Paul Zach, mengumpulkan, menekuni dan menelusuri foto2 Demmeni. Merekalah yang mengungkap identitas Demmeni, hasilnya, kembalilah si 'anak hilang', Jean Demmeni.
Di gambar atas, J. Demmeni (berkumis tangan dibelakang) berdiri didepan, ke 4 dari kanan.
Dia kenal baik dengan suku2 di Hindia Belanda, keraton2, bahkan dengan keluarga Kartini.

'Times Edition' menerbitkan buku "Indonesia, Image From The Past", pada th. 1987, memuat rangkuman riwayat dan foto2 indah karya Jean Demmeni, ditulis oleh Leo Hank dan Paul Zach.

i.gr. 02.00*

Jumat, 18 November 2011

Salasilah Raja Kutai Kerta Negara.


Buku dengan judul 'De Kroniek Van Koetai' atau 'Hikayat Kutai' walaupun baru 3/4 abad, tapi termasuk buku
langka dan menarik. Buku ini sebetulnya adalah sebuah tesis untuk meraih gelar Doctor bidang Sastra dan Filsafat di Rijkuniversitet bagi Contantinus Alting Mees, dengan pengantar bahasa Belanda.
Menariknya, selain disertasi, dalam buku ini dituliskan juga teks lengkap 'Salasilah Raja Kutai Kerta Negara' dan 'Perjanjian Boegis dengan Raja Koetai' berbentuk cerita/hikayat, yang sudah disalin dari huruf Arab ke huruf biasa.
Juga cerita mengenai hewan bernama 'Lemboe Soeana',
dimana dia menjadi tunggangan Raja pertama, yaitu 'Adji Batara Agoeng Dewa Sakti' . Sekarang 'Lembu Suana' menjadi lambang Kabupaten Kutai Kertanegara.


Alkissah, itulah kata awal dari 'Salasilah Radja dalam negeri Kutai Karta Negara', menggunakan bahasa Melayu th. 1850 an, aslinya ditulis menggunakan huruf Arab. Sekarang, dibacanya terasa agak membingungkan.Disini tertulis kisah kemunculannya dan keterangan bentuk 'Lemboe Soeana', kendaraan/tunggangan Raja Pertama bernama 'Adji Batara Agoeng Dewa Sakti'. Bentuk Lemboe Soeana menjadi Lambang Kabupaten Kutai Kerta Negara.

Disini alinea2 akhir dari Salasilah Raja Kutai Kerta Negara, diantaranya tertulis nama2 Soeltan Moehammad Moeslih-oed-Din, Soeltan Moehammad Salih-oed-Din ing Martapura, Adji Ratoe Agoeng Koesoema ning Rat, Adji Poeteri Koesoema nig Rat, Adji Raden Tjakra Negara, Raden Mas Tjiki, Pangeran Berdjanata, Pangeran Anoem, Soeltan Moehammad Salih-oed-Din dan lainnya.



Kalimat penutup 'Salasilah Radja Koetai Kerta Negara', selesai ditulis pada tanggal 30 Rabi'oel-awal 1265 H, hari Jum'at, tahun Waoe oleh Toean Chatib Moehammad Tahir.


Surat peringatan 'Perdjandjian Boegis dengan Raja Koetai'. Pembicaraan antara Radja Koetai dengan Anakoda Toedjing sebagai orang yang dituakan oleh semua orang Boegis waktu itu.

Buku langka ini diterbitkan pada th. 1935 oleh CA Mees sendiri di Sanpoort, N.H. berukuran 16 x 24.5 cm, 314 halaman, termasuk 'Verklaring van Enige Woorden' 5 halaman dan 'Boekbespreking' 20 halaman.
Untuk melihat lebih jelas, silahkan 'klik' pada gambar yang diinginkan dan karena ejaan dan susunan kata2 yang sudah kuno, maka mohon maaf kalau ada kekeliruan.

i.gr. 02.50*


Minggu, 13 November 2011

Kereta Api di Jawa, Laporan u/ Gen. MacArthur.

Beda dengan koleksi 'rare book' mengenai Kereta Api di Indonesia yang sudah di upload sebelumnya, kali ini bukan buku langka tapi 'dokumen langka' mengenai Kereta Api di Jawa.





Dokumen ini adalah 'Special Report , restricted' pada tgl. 6 July 1945, atas permintaan General MacArthur sebagai Komandan 'General Headquarter, Southwest Pasific Area'. Laporan lengkap, termasuk data teknis lokomotif, gerbong dan kapasitasnya, rel, jembatan, sinyal, stasiun2, jembatan2, bengkel, bahkan organisasi dan pegawainya.



Banyak 'gambar yang menarik' dan 'data tehnis' dalam laporan, sebagian kecil saja yang disajikan dibawah ini, sampul laporan, data teknis lokomotif dan lainnya.







Disebelah gambar belahan lokomotif lengkap dengan ukurannya.








Untuk menarik gerbong tangki minyak dibutuhkan 2 lokomotif sekaligus.






Diatas adalah denah rel kereta (kiri) dan denah trem listrik (kanan) di Batavia. Bawah, adalah gambar jenis lokomotif dan kereta penumpang yang digunakan di Jawa.





Disebelah, gambar kereta listrik yang digunakan untuk jalur Bogor-Batavia.
Dokumen ini menggunakan kertas ukuran folio, 179 halaman, ditambah 85 + 24 gambar lokomotif, gerbong, kantor dan stasiun ditambah 8 peta rel di Jawa dan di stasiun Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surakarta, Batavia, Ceribon dan Surabaya.

i.gr. 05.50*