Selasa, 13 Desember 2011

Serat Pustaka Raja Purwa


Dalam Liputan Khusus 'Krakatau' pada Ekspedisi Cincin Api Kompas, terdapat tulisan yang menghubungkan Letusan Gunung Krakatau dengan Kitab Raja Purwa , ditulis oleh R.Ng. Ranggawarsito, yang naskahnya tersimpan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, seperti yang terlihat pada gambar diatas. Dalam naskah disebutkan terjadinya letusan besar disebelah barat Banten pada tahun Saka 338.

Kebetulan 'rare book' mempunyai koleksi buku langka Pustaka Raja Purwa, ditulis dengan berjilid karena panjang. Gambar2nya terlihat berikut ini.








Gambar samping adalah halaman judul buku kuno atau buku antik ini, terbaca : "Serat Pustaka Raja Purwa jilidan 2 anyariosaken kawontenanipun pulo Jawi Sumatra Bali tuwin Madura, wiwit tahun 310 dumugi tahun 466, babon asli saking Raden Ngabehi Ronggawarsita, pujongga Surakarta, 1885".


Gambar samping adalah gambar sebagian halaman 46, dimana kejadian2 tahun 388 (dilingkari dengan pinsil) dimulai. Diantaranya terbaca : Ing salebeting tahun windu randi etanging tahun surya sangkala : 338, tinengeran . . . dst.




Disamping, gambar halaman akhir, bunyinya : Dumugi samanten telasipun cariyos ingkang kawrat ing serat Pustaka Raja Purwa jilidan angka 2, taksih wonten sambetanipun, . . . dst.Sayang sebagian kecil bagian bawah ada yang dimakan rayap.



Dibawah ini, gambar kiri adalah kertas yang digunakan, kalau diterawang terlihat garis halus, sedang sebelah kanan adalah gambar tumpukan buku jilidan Serat Pustaka Raja Purwa.



Koleksi rare book, buku langka yang bisa dikategorikan buku antik berjudul 'Serat Pustaka Raja Purwa' ini sampai jilid IX, berisi : Keadaan Pulau Jawa, Bali dan Madura mulai th. 730 sampai th. 734.Tentu saja buku langka koleksi Perpustakaan Nasional dan buku langka koleksi 'rare book' berbeda penulis maupun tahunnya, namun sama sumbernya yaitu Raden Ngabehi Ranggawarsita, dimana beliau juga menerangkan dihalaman pembukanya, bahwa beliau juga mengambil bahan tulisan dari buku Sri Bathara Aji Jayabaya yang sangat terkenal dengan ramalannya.

i.gr. 30.00*

4 komentar:

  1. Mengapa tidak dicetak ulang atau ditulis ulang ya.... Biar kita semua tau tentang sejarah nenek moyang ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah.. mas Wahyu, maaf, saya tidak bisa menjawab. Mungkin untuk menerbitkannya perlu bermacam-macam pendukung, diantaranya ijin dan biaya (modal kalau akan jualan).
      Terima kasih sudah nengok ke 'buku langka'.

      Hapus
    2. Balai Pustaka tahun 1930 an sudah cetak ulang dengan huruf Jawa. Satu set ada 16 Jilid.
      Saya punya sudah saya serahkan Pak Harmanto owner Pabrik jamu MDI Mahkota Dewa Indonesia.Beliau budayawan..Bisa tanya Mbah Gugel.

      Hapus

Silahkan berkomentar disini